PPK di Persimpangan Tanggung Jawab: Mempertahankan Integritas di Tengah Kompleksitas Pengadaan
Di balik setiap proyek pembangunan dan layanan publik, berdirilah seorang Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang memegang amanah besar. Peran mereka bukan hanya sekadar administratif, melainkan benteng pertahanan integritas dan akuntabilitas dalam penggunaan uang negara. Diskusi dalam “Berbagi PENA AKSI – 5 Bersama Master Nur Aliuddin – Bagian 3” mengupas tuntas realitas kompleks yang dihadapi PPK, mulai dari risiko pengadaan modern hingga pergulatan batin dalam menjalankan tugas.
Medan Pertempuran Baru: Risiko di Balik Kemudahan e-Katalog
Metode pengadaan modern seperti e-Katalog memang menawarkan efisiensi, namun di baliknya tersimpan risiko yang tidak sedikit. Master Nur Aliuddin menyoroti bagaimana KPK bahkan menganggap praktik e-Katalog yang tidak hati-hati sebagai “korupsi model baru”. Hal ini menjadi pengingat keras bahwa kemudahan teknologi tidak menghilangkan tanggung jawab PPK untuk melakukan verifikasi, negosiasi, dan pemetaan risiko.
Risiko ini diperparah dengan adanya sentralisasi kewenangan, di mana seorang PPK bisa jadi menangani seluruh proses dari perencanaan hingga pembayaran. Tanpa adanya sistem saling kontrol (checks and balances), potensi abuse of power menjadi sangat tinggi. Ini adalah sebuah kelemahan sistemik yang menempatkan PPK dalam posisi yang sangat rentan.
Senjata Utama PPK: Dokumentasi dan Fokus pada Nilai
Untuk menavigasi medan yang penuh risiko ini, PPK memiliki dua senjata utama. Pertama adalah dokumentasi yang cermat. Setiap proses negosiasi, komunikasi, dan pengambilan keputusan harus terdokumentasi dengan baik. Dokumentasi bukan sekadar formalitas, melainkan bukti otentik yang dapat menjadi penyelamat PPK di kemudian hari.
Senjata kedua adalah pergeseran fokus dari harga terendah ke value for money (nilai terbaik). Pengadaan yang cerdas tidak hanya mengejar harga murah, tetapi memastikan bahwa barang atau jasa yang diperoleh memiliki kualitas, garansi, dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan, bukan sekadar keinginan.
Ujian Mental: Dilema Honorarium dan Kekuatan Mindset
Salah satu tantangan paling nyata yang dihadapi PPK, terutama di daerah, adalah minimnya atau bahkan tidak adanya honorarium yang sepadan dengan beban dan risiko pekerjaan. Keluhan ini sangat manusiawi dan dapat menggerus motivasi. Namun, diskusi ini menawarkan sudut pandang yang lebih dalam: integritas sejati tidak bisa diukur dengan materi.
Master Nur Aliuddin mengajak para pelaku pengadaan untuk “berdamai dengan keadaan” dan mengubah mindset. Tugas yang diemban sebagai ASN dan PPK adalah sebuah pengabdian dan “amal yang kita tanam”. Ketika pekerjaan dilihat sebagai ladang ibadah dan kesempatan untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat—seperti membangun masjid atau sekolah—maka kepuasan batin akan melampaui keluhan materi. Ini adalah pertarungan mental yang harus dimenangkan oleh setiap PPK.
Kekuatan Jaringan dan Pentingnya Peran dalam Sistem
Seorang PPK tidak seharusnya berjuang sendirian. Membangun jejaring dan komunitas dengan sesama pelaku pengadaan yang berintegritas adalah sebuah keharusan. Jaringan ini berfungsi sebagai tempat berbagi ilmu, mengadu keresahan, dan saling menguatkan di tengah tekanan.
Selain itu, PPK juga harus proaktif mendorong perbaikan sistemik. Usulkan keterlibatan PPK sejak tahap awal perencanaan anggaran, bukan hanya sebagai pelaksana. Perjuangkan masa jabatan PPK minimal dua tahun agar ada kesinambungan dari proses perencanaan hingga pemeriksaan. Dengan begitu, PPK tidak hanya menjadi objek, tetapi subjek yang turut membentuk ekosistem pengadaan yang lebih sehat.
Sebagai penutup, sebuah strategi sederhana namun kuat dibagikan: membacakan Fakta Integritas secara lantang di hadapan penyedia. Seperti sumpah di persidangan, getaran suara dan kesungguhan yang terpancar bisa menjadi alat uji integritas yang ampuh, baik untuk diri sendiri maupun pihak lain.
Pada akhirnya, menjadi PPK adalah sebuah panggilan. Ini adalah perjalanan yang menuntut tidak hanya kompetensi teknis, tetapi juga kekuatan karakter, kesabaran tanpa batas, dan keyakinan bahwa setiap tanda tangan yang dibubuhkan adalah warisan integritas untuk masa depan.


